links image

facebook twitter instagram soundcloud alharaz tumblr youtube chi.mp blogspot deviantart about me

Monday, April 16, 2012

Membicarakan Keburukan dan Kebaikan

Bismillah.


Pagi menjelang siang yang cerah dipertengahan bulan April yang banyak kendaraan lalu lalang didepan rumah.


Tiba2 saya kepikiran ingin menulis sesuatu hal tentang judul diatas. Ga tahu kenapa, pingin aja gitu. Saya menulis ini bukan karena ada yang memancing saya seperti ada orang yang sedang berbuat salah atau menyakiti hati saya. Bukan. Hanya tiba2 terlintas aja. Sesungguhnya saya bukanlah orang yang seperti itu.


Tadinya mau di tweetkan diTwitter, tetapi kalimatnya kepanjangan. Habisnya cuma sebatas 140 karakter sih. Jadi ya saya tulis aja disini. Inilah kata2 yang terngiang dipikiran saya:

"Sesungguhnya ketika kita ingin membicarakan keburukan orang lain, janganlah dibelakangnya, tetapi didepannya, berdua hanya dengan dia. Sedangkan ketika kita ingin membicarakan kebaikan orang lain, jangan didepannya, tetapi dibelakangnya, beramai2 bersama teman2 sambil ngopi atau makan snack."


Kenapa begitu? Jadi begini, ketika kita membicarakan keburukan orang lain dibelakangnya, itu sama saja, sama saja dengan apa anak2? Iya betul, sama saja dengan kita menggunjing atau melakukan perbuatan Ghibah. Bagi yang lupa, bisa dibuka lagi ya buku Pelajaran Agama Islam sewaktu SD. Kelas berapa gitu ya. Bagi yang belum tahu, boleh disimak ditulisan ini. Kasihan deh yang lupa, disuruh buka2 buku PAI sewaktu SD.


Ghibah itu adalah suatu perbuatan yang membicarakan atau menceritakan keburukan dari perbuatan orang lain. Kurang lebih seperti itu. Penjelasan lebih rumit, bisa dibaca di sumber dipaling dibawah. Tapi nanti dibacanya, kalau sudah selesai baca tulisan ini.


Ghibah itu adalah perbuatan yang mengakibatkan orang yang melakukannya mendapat dosa besar. Allah telah melarang perbuatan ghibah ini, bahkan Allah menyamakan orang yang berbuat ghibah seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati. Penjelasannya terdapat didalam AlQur'an surat Al-Hujuraat ayat 12. Silahkan dibuka AlQur'an terjemahannya. Jangan malas ya. Bagi yang tidak punya AlQur'an terjemahan, bisa beli ditoko2 buku terdekat. Bagi yang tidak punya uang untuk beli AlQur'an, ini saya berikan terjemahannya:


“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah sebagian kalian menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat : 12)
  
InsyaALLAH jelas ya dengan ayat diatas.

Oke lanjut. Terus kenapa ketika kita ingin membicarakan keburukan orang mesti didepannya? Bahkan harus berdua dengan orang yang ingin kita bicarakan keburukannya? salah satunya karena kita harus menghindari perbuatan ghibah itu sendiri, dan salah duanya karena, ya karena, agar kita tidak mempermalukan orang itu didepan umum. Coba deh, bagaimana rasanya kalau ada teman yang menceritakan keburukan kita disuatu pertemuan kepada teman2 kita yang lain, sedangkan kita juga ada disana. Pasti malu, kesal, dan ingin marah kan? Kita merasa dijelek2kan dan dijatuhkan harga diri didepan orang lain. Rasanya lebih dari di-ghibah-in kan? Mungkin saja ada yang lebih memilih di-ghibah-in daripada harus dibeginikan. 

Maka dari itu, jika mau membicarakan keburukan orang lain, ya harus berdua dengan dia, langsung dengan dia. Delapan mata dengan dia, jika kamu dan dia menggunakan kacamata, dan hal itu lebih dapat diterima dan lebih mudah dijadikan intropeksi bagi dia. InsyaALLAH jika dia tersadar. Ini juga dapat menjadi ladang amal bagi kamu yang melakukannya, karena sudah mengingatkan dalam kebajikan, bukan kebajingan. Dan membuat dirimu menjadi tidak merugi. (Untuk penjelasan tidak merugi ini buka AlQurannya Surat Al-Ashr, dibaca serta artinya, dirasakan, dan diamalkan.)

Lanjut deh.

Kemudian, kenapa ketika kita membicarakan kebaikan orang lain, mesti dibelakangnya dan harus bersama teman2 sambil ngopi dan makan snack? Sesungguhnya ketika kita membicarakan kebaikan orang lain itu adalah sama halnya dengan kita memujinya, dan sesungguhnya pujian itu adalah sebuah perkataan tajam yang dilumuri dengan keindahan kata2 yang dapat menusuk2, membunuh perlahan2 orang yang dipuji, apalagi jika pujian itu keterlaluan. Keterlaluan bohongnya.

Kenapa begitu? Karena eh karena, pujian itu dapat membuat orang yang dipuji itu menjadi tersanjung yang kemudian akan melahirkan sifat ‘ujub (berbangga diri), yang kemudian akan melahirkan kesombongan, yang kemudian akan melahirkan sikap memandang rendah orang lain, dan yang kemudian pada akhirnya akan menganggap semua tindakannya adalah kebenaran. Itu seperti sebuah dosa yang beranak pinang, menghasilkan dosa2 lainnya. 

Mengenai pujian ini, rasul berkata:
وَيْحَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ، قطعت عنق صاحبك – مرارا-. إِذا كانِ أَحَدُكُمْ مادِحاً صَاحِبَهُ لاَ مَحالَةَ فَلْيَقُلْ: أَحْسِبُ فُلاناً وَاللهُ حَسِيْبُهُ وَلا أُزَكِّي عَلَى اللهِ أَحَداً

“Celaka kamu, kamu telah memenggal leher temanmu, kamu telah memenggal leher temanmu -berulang-ulang-. Kalaupun salah seorang di antara kalian harus memuji temannya maka hendaknya dia mengatakan: Aku mengira dia seperti itu dan Allahlah yang menghisabnya, aku tidak memuji siapapun di hadapan Allah.” 
 (HR. Muslim no. 3000) 

Maksud dari kalimat ‘kamu telah memenggal leher temanmu’ sesungguhnya adalah kiasan dari sesuatu hal yang mencelakakan.

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam mendengar seseorang memuji temannya dan berlebihan dalam memujinya maka beliau bersabda:
لَقَدْ أَهْلَكْتُمْ – أَوْ قَطَعْتُمْ ظَهْرَ – الرَّجُلِ

“Sungguh kamu telah mencelakakan -atau mematahkan punggung- lelaki itu.” 
 (HR. Muslim no. 3001)


Kalimat ‘mematahkan punggung’ juga adalah kiasan dari mencelakakan.
Dari Al-Miqdad bin Al-Aswad radhiallahu anhu dia berkata:
أَمَرَنَا رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ نَحْثُوَ فِي وُجُوْهِ الْمَدَّاحِيْنَ التُّرَابَ

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menaburkan tanah ke wajah-wajah orang yang berlebihan dalam memuji.”  
(HR. Muslim no. 3002)
  
Itulah mengapa kita jangan membicarakan kebaikan orang didepan orang itu. Tapi bicarakanlah kebaikannya dibelakang bersama teman2 sambil ngopi dan makan snack dikala orang yang kita puji itu sedang tidak bersama kita. Juga jangan berlebihan, karena kelak bisa saja diartikan ngarang oleh teman2 yang lain.  Terus kenapa harus sambil ngopi dan makan snack? Yaa itu biar makin nikmat aja gitu kita ngobrolnya, apalagi kalau kita yang mentraktir kopi dan snacknya. Teman2 sudah pasti sangat suka, riang, dan gembira.

 Sedikit mengambil perkataan Surayah Haji Pidi Baiq, salah satu guru spiritual saya -yang mungkin tidak beliau anggap begitu- dari sekian ribu guru yang saya kenal, katanya: 

"Tetap tenang. Manusia adalah miniatur alam semesta. Lebih luas dari cacian. Lebih besar dari pujian."


Wallahu 'alam bisshawab,

Alhamdulillah.


Alharaz, yang katanya apabila tulisan ini benar apa adanya, tolong jangan memujinya, dan apabila tulisan ini salah apa adanya, tolong juga jangan menghinanya. Sungguh, pujian itu hanyalah milik Allah, dan hinaan hanyalah milik syetan serta iblis dan antek2nya. 

SUMBER tulisan: (boleh diklik linknya kalau sudah selesai membaca tulisan ini, iya ini)
- Sumber dari segala sumber: AlQuran Alkarim,
- Alhadist,
- dari sini,
- juga dari sini,
- begitu pula dari sini,
- serta dari sini,
- dan juga dari sini.

No comments:

Post a Comment